28 Adab Murid terhadap Guru
اَنْ يُوْقِرَ الْمُرِيْدُ شَيْخَهُ وَيُعَظِّمَهُ ظَاهِرًا وَبَاطِنًا مُعْتَقِدًا أَنَّهُ لاَيَحْصُلُ مَقْصُوْدُهُ إِلَّا عَلىٰ يَدِهِ ، وَإِذَا تَشَتَّتَ نَظْرُهُ إِلىَ شَيْخٍ أَخَرَ حَرَمَهُ مِنْ شَيْخِهِ وَانْسَدَّ عَلَيْهِ الْفَيْضُ
Adab Ke: 1
Murid harus memuliakan dan mengagungkan Gurunya lahir dan bathin, Meyaqinkan bahwa tidak akan berhasil tujuannya kecuali perantaraan berkahnya, dan jika bermacam-macam keinginan hatinya kepada Guru lain, maka tertutuplah berkah dari Gurunya.
اَنْ يَكُوْنَ مُسْتَسْلِمًا مُنْقَادًا رَاضِيًا بِتَصَرُّ فَاتِ الشَّيْخِ يَخْدِمُهُ بِاْلمَالِ وَاْلبَدَنِ لأَنَّ جَوْهَرَاْلإِرَادَةِ وَاْلمَحَبَّةِ لاَيَتَبَيَّنُ إِلَّابِهَذَا الطَّرِيْقِ وَوَزْنُ الصِّدْقِ وَاْلإِخْلاَصِ لاَيُعْلَمُ إِلَّابِهَذَا اْلمِيْزَانِ
Adab Ke: 2
Hendaknya murid pasrah, patuh, dan ridho dengan pengaturan Guru, Siap mengabdi menyumbangkan harta dan mencurahkan tenaganya untuk Gurunya, karena bukti kehendak dan cintanya murid terhadap Guru tidak bisa dibuktikan kecuali dengan cara ini, kejujuran dan keikhlasan murid tidak bisa diketahui kecuali dengan ukuran ini.
اَنْ لاَيَعْتَرِضَ عَلَيْهِ فِيْمَا فَعَلَهُ ، وَلَوْكَانَ ظَاهِرُهُ حَرَامًا وَلاَيَقُوْلُ لِمَ فَعَلْتَ كَذَا ، لأَِنَّ مَنْ قَالَ لِشَيْخِهِ لِمَ لاَيَفْلَحُ أَبَدًا قَدْ تَصْدُرُ مِنَ الشَّيْخِ صُوْرَةٌ مَذْمُوْمَةٌ فِىْ الظَّاهِرِ وَهِىَ مَحْمُوْدَةٌ فِىْ الْبَاطِنِ
Adab Ke: 3
Tidak boleh menentang apa yang dilakukan oleh Guru, sekalipun lahirnya kelihatan haram dan jangan protes kepada Guru (mengapa kamu lakukan begini ?), sebab barang siapa protes kepada Gurunya tidak akan beruntung selamanya. Terkadang Guru melakukan perbuatan yang tercela pada lahir tapi terpuji pada bathin.
اَنْ لاَيَكُوْنَ مُرَادُهُ بِاجْتِمَاعِهِ عَلىَ الشَّيْخِ شَيْأً غَيْرَ التَّقَرُّبِ إِلَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّا
Adab Ke: 4
Tujuan berguru dengan Mursyid semata-mata agar bisa taqorrub/mendekatkan diri kepada Allah SWT.
اَنْ يَسْلُبَ اِخْتِيَارَ نَفْسِهِ بِاخْتِيَارِ شَيْخِهِ فِىْ جَمِيْعِ اْلأُمُوْرِ كُلِيَةً كَانَتْ أَوْجُزْئِيَةً عِبَادَةً أَوْعَادَة ً، وَمِنْ عَلاَمَةِ اْلمُرِيْدِ الْصَّادِقِ أَنَّهُ لَوْقَالَ لَهُ شَيْخُهُ : " اُدْخُلْ التَّنَوُّرَ " ، دَخَلَ
Adab Ke: 5
Meninggalkan pilihan sendiri, melaksanakan dengan tunduk pilihan Guru dalam segala urusan, secara keseluruhan maupun sebagian, urusan ibadah maupun kebiasaan. Dan tanda murid yang jujur, jika Guru perintah: "Masuklah kedalam tungku (pawonan yang sedang menyala)", dengan rela masuk kedalamnya.
اَنْ لَايَتَجَسَّسَ عَلىٰ اَحْوَالِ الشَّيْخِ مُطْلَقًا ، فَرُبَّمَا كَانَ فِىْ ذَلِكَ هَلاَكُهُ كَمَا وَقَعَ لِكَثِيْرٍ ، وَأَنْ يُحْسِنَ بِهِ الظَّنَّ فِىْ كُلِّ حَالٍ
Adab Ke: 6
Jangan membicarakan tentang keadaan pribadi Guru secara mutlaq, kadang-kadang menjadi celakanya murid seperti yang terjadi pada kebanyakan murid. Sebaiknya selalu berbaik sangka kepada Guru didalam segala hal.
اَنْ يَحْفَظَ شَيْخَهُ فِىْ غَيْبَتِهِ كَحِظْفِهِ فِىْ حُضُوْرِهِ وأَنْ يُلاَحِظَهُ يقلبه فِىْ جَمِيْعِ أُمُوْرٍ سَفَرًا وَحَضِرًا لِيَحُوْزَ بَرَكَتَهُ
Adab Ke: 7
Selalu menjaga adab kepada Guru sekalipun tidak di hadapannya, sebagaimana ketika di hadapannya.
اَنْ يَرَى كُلَّ بَرَكَةٍ حَصَلَتْ لَهُ مِنْ بَرَكَاتٍ الدُّنْيَا وَاْلأَخِرَةِ بِبَرَكَتِهِ
Adab Ke: 8
Sebaiknya murid meyaqinkan bahwa segala sesuatu akan berhasil dengan baik, baik untuk urusan dunia maupun akhirat semata-mata karena barokahnya Guru.
اَنْ لاَ يَكْتُمَ عَلىٰ شَيْخِهِ شَيْأً مِنَ اْلأَحْوَالِ وَالْخَوَاطِرِ وَالْوَقِعَاتِ وَالْكَرَامَاتِ مِمَّا وَهَبَهُ اللهُ تَعَالىٰ عَلىٰ يَدِهِ
Adab Ke: 9
Tidak boleh merahasiakan terhadap Guru tentang pemberian Allah SWT. kedalam hatinya berupa peningkatan hati, masukan hati, kejadian-kejadian, dan karamah.
عَدَمُ التّطلع إلى تعبير الوقائع والمنامات والمكاشفات وان ظهر فلا يعتمد عَلَيْهِ وَبَعْدَ عرض الحال عَلىٰ الشَّيْخِ يَكُوْن مُنْتَظِرًا لِجَوَابِهِ مِنْ غَيْرِطَلَبِ ، وأَنْ سَأَلَ عَنْ مَسْأَلَةِ فاِيَاكَ وَاْلمُبَادَرَةِ بِالْجَوَابِ فِىْ حَضْرَتِهِ
Adab Ke: 10
Tidak boleh mengambil sikap (keputusan) sendiri, impian-impian dan pengetahuan yang masuk dalam hati sekalipun artinya jelas. Dan setelah menyampaikan kepada Guru, maka tunggulah jawaban dan petunjuk Guru,dDan jika bertanya pada Guru tentang suatu masalah, maka jangan tergesa-gesa minta jawaban.
اَنْ لاَيُفْشِىَ لِشَيْخِهِ سِرًّا وَلَوْنُشِرَ بِالْمَنَاشِيْرِ
Adab Ke: 11
Tidak boleh menyebar luaskan rahasia Guru, sekalipun diancam akan di gergaji.
اَنْ لاَيَتَزَوَّجَ قَط امْرَأَةً رٰأَى شَيْخَهُ مَائِلاً إِلَى التَّزَوَّجِ بِهَا وَلاَيَتَزَوَّخُ قط امْرَأَةً طَلَقَهَا شيْخُهُ أَوْمَاتَ عَنْهَا
Adab Ke: 12
Tidak boleh menikah dengan orang perempuan yang diinginkan oleh Guru akan dinikahi atau perempuan yang telah dicerai atau ditinggal wafat oleh Guru.
اَنْ لاَيُشِيْرُ قَطُّ عَلىٰ شَيْخِهِ بِرَأْىٍ إِذَا اِشْتَشَارَهُ فِىْ فِعْلِ شَئٍْ أَوْتَرْكِهِ بَلْ يَرُدُّ اْلأَمْرَ إِلَى شَيْخِهِ اِعْتِقَادًا مِنْهُ أَنَّهُ اَعْلَمُ بِاْلأُمُوْرِ وَغَنِىٌ عَنْ اِشْتِشَارَتِهِ وَاِنَّمَا اِشْتِشَارَتُهُ تَحَبُّبًا لَهُ مَالَمْ تَقُمْ الْقَرَائِنُ الْوَضِحَةُ عَلىٰ خِلَفِ ذَلِكَ وَإِلَّا فَلْيُنْصِحَ لَهُ مَعَ رِعَايَةِ كَمَالِ اْلأَدَبِ مَعَهُ
Adab Ke: 13
Jika Guru minta pendapat tentang dilaksanakannya sesuatu atau tidak, sebaiknya murid tidak usah mengajukan pendapat, tetapi kembalikan kepada Guru, dengan berkeyakinan bahwa Guru lebih mengerti yang lebih tentang hal tersebut, dan sebenarnya Guru tidak butuh pendapat murid itu, hanya memperlihatkan cintanya kepada murid, kecuali ada petunjuk yang jelas tidak begitu, kalau betul-betul minta pendapat, maka jawablah dengan sopan.
اَنْ يَتَفَقَدَ عِيَالَ شَيْخِهِ إِذَا غَابَ بِاْلاِحْسَانِ إِلَيْهِمْ بِالْخِدْمَةِ وَغَيْرِهَا فَإِنَّ ذَلِكَ مِمَّا يُمِيْلُ قَلْبَ شَيْخِهِ إِلَيْهِ وَمِثْلُ الشَّيْخِ فِىْ ذَلِكَ اْلاِحْوَانِ
Adab Ke: 14
Ikut menjaga keluarga Guru ketika ditinggal pergi dengan cara mengabdi dengan baik, sesungguhnya dengan cara begitu menyenangkan hati Guru kepada murid, begitu juga terhadap keluarga teman seperguruan.
إِذَا وَجَدَ الْمُرِيْدُ فِىْ نَفْسِهِ عَجَبًا بِأَعْمَالِهِ وَامْتِحْسَانًا لِحَالِهِ فَلْيَذْكُرَهُ لِشَيْخِهِ لِيَدُلَّهُ عَلىٰ دَوَائِهِ فَإِنْ كتمه يُنْبِتُ الرِّيَاءَ وَالنِّفَاقَ فِىْ قَلْبِهِ
Adab Ke: 15
Jika didalam hati merasa bahwa dirinya lebih baik tentang amal lahir maupun bathin ('ujub), maka segera rujuk pada Guru agar ditunjukan obatnya. Jika disembunyikan malah menyebabkan Riya' dan Nifaq.
اَنْ يُعَظِّمَ مَا أَعْطَاهُ لَهُ شَيْخُهُ وَلاَيُبَيِّعُهُ ِلأَحَدٍ وَلَوْ أَعْطَاهُ مَا أَعْطَاهُ فَرُبَّمَا يَكُوْنُ طَوِىَ لَهُ فِيْهِ سِرًّا مِنْ أَسْرَارِ الْفُقَرَاءِ فِيْمَا يُعِيْنُهُ فِىْ الدَّارَيْنِ وَيُقَرَّبُهُ إِلىَ حَضْرَةِ اللهِ تَعَالىٰ
Adab Ke: 16
Memulyakan pemberian Guru walaupun berupa apa saja, jangan dijual atau diberikan orang lain. Terkadang pemberian Guru Mursid itu mengandung hikmah dan rahasia yang boleh membantu keselamatan dunia dan akhirat dan mendekatkan kepada Allah SWT.
اَنْ يَجْعَلَ رَأمن ماله الصِّدْقَ فِىْ الْجَدِّ فِىْ طَلَبِ الشَّيْخِ ، وَاعْلَمْ أَنَّ اْلمُرِيْدَ لَوْ صَحَّ لَهُ كَمَالِ اْلإِنْقِيَادِ مَعَ شَيْخِهِ رُبَّمَا وَصَلَ إِلىَ ذَوْقِهِ حَلاَوَةَ مَعْرِفَةِ اللهِ فِىْ مَجْلِسِ وَاحِدٍ مِنْ أَوَلِ إِجْتِمَاعِهِ بِهِ
Adab Ke: 17
Ketika Bai'at, betul-betul niat yang baik dan adab yang baik, sebab jika seorang murid betul-betul tunduk di hadapan Guru, kemungkinan boleh langsung merasakan manisnya Ma'rifat Allah SWT.
اَنْ لاَيَنْقُصَ إِعْتِقَادُهُ فِىْ شَيْخِهِ إِذَا رَآهُ نَقَصَ عَنْ مَقَامِهِ بِكَثْرَةِ نَوْمِهِ فِىْ اْلإِسْحَارِ أَوْقِلّةِ وَرَعِهِ أَوْغَيْرِ ذَلِكَ ، فَمِنَ الْوَاجِبِ أَنْ يُدَوِّمَ الْمُرِيْدُ عَلىٰ إِعْتِقَادِهِ فِىْ شيْخِهِ
Adab Ke: 18
Jika Guru melakukan lelahan (perbuatan ganjil) tidak boleh berkurang keyakinan dan keta'atannya. Kewajiban murid, harus berkeyakinan baik terhadap Gurunya.
اَنْ لاَيُكْثِرَ الْكَلاَمَ فِىْ حَضْرَتِهِ وَلَوْبَاسَطَهُ بِالْكَلاَمِ ، وَأَنْ يَعْرِفَ أَوْقَاتَ الْكَلاَمِ مَعَهُ ، فَلاَيُكَلِّمُهُ إِلاَّفِىْ الْبَسْطِ بِاْلأَدَبِ وَاْلخُشُوْعِ وَاْلخُضُوْعِ بِقَدْرِ مَرْتَبَتِهِ وَدَرَجَتِهِ ، وَإِلاَّحُرِّمَ مِنَ الْفُتُوْحِ وَمَاحُرِّمَ مِنْهُ لاَيَعُوْدُ إِلَيْهِ مَرَّةً أُخْرَى إِلَّا نَادِرًا
Adab Ke: 19
Tidak memperbanyak perkataan dihadapan Guru, sekalipun ada kesempatan panjang untuk berbicara. Hendaknya mengetahui waktu dan melaksanakan adab yang baik, khusyu' dan khudhu' menurut derajat dan tingkatan murid. Jika murid melanggar adab berbicara dihadapan Gurunya maka akan tertutup hatinya. Biasanya tidak bisa kembali terbuka kecuali langka.
غَضُّ الصَّوْتِ فِىْ مَجْلِسِ الشَّيْخِ ِلأَنَّ رَفْعَ الصَّوْتِ عِنْدَ اْلأَكَابِرِ سُؤُ أَدَبٍ
Adab Ke: 20
Merendahkan nada suara dihadapan Guru. Sebab mengeraskan suara dihadapan Ulama' besar termasuk etika/adab yang jelek.
اَنْ لاَيَجْلِسَ مُتَرَبِّعًا وَلاَعَلىٰ سَجَدَةٍ أَمَامَ ا لشَّيْخِ بَلْ يَنْبَغِى لَهُ فِىْ مَجْلِسِهِ التَّوَاضُعُ وَالتَّصَاغُرُ وَاْلإِشْتِغَالُ بِالْخِدْمَةِ
Adab Ke: 21
Jangan berlagak mulia duduk di hadapan Guru, tetapi merendah diri dan selalu siap untuk mengabdi.
اَنْ يُبَادِرَ بِإِتْيَانِ مَا أَمَرَهُ بِهِ بِلاَ تَوَقُّفٍ وَلاَإِهْمَالٍ مِنْ إِسْتِرَاحَةٍ وَلاَسُكُوْنٍ قَبْلَ تَمَامِ ذَلِكَ اْلأَمْرِ
Adab Ke: 22
Bergegas-gegas mendatangi dan melaksanakan perintah Guru, tanpa menunda-nunda dan berhenti dengan istirahat atau diam sebelum selesai perintahnya.
اَلْفِرَارُ مِنْ مَكَارِهِ الشَّيْخِ وَكَرَاهَةُ مَايَكْرَهُ طَبْعًا وَعَدَمُ إِرْتِكَابِهَا
Adab Ke: 23
Menjauhi segala sesuatu yang tidak disenangi Guru dan tidak menjalaninya.
اَنْ لاَيُجَالِسَ مَنْ كَانَ يَكْرَهُ شَيْخُهُ وَيُحِبُّ مَنْ يُحِبُّهُ
Adab Ke: 24
Tidak boleh mendatangi dan mencari ilmu pada orang yang tidak disenangi oleh Guru dan senang pada orang yang disenangi oleh Guru.
اَنْ يَصْبِرَ عَلىَٰ جَفْوَتِهِ وَإِعْرَاضِهِ عَنْهُ وَلاَيَقُوْلُ لِمَ فَعَلَ لِفُلاَنٍ كَذَا وَلَمْ يَفْعَلْ لِىْ كَذَا
Adab Ke: 25
Hendaknya sabar jika mengerti tidak disenangi Guru dan jangan sampai berkata "mengapa kalau dengan orang lain begitu, kalau dengan saya tidak begini".
اَنْ لاَيَجْلِسَ فِىْ الْمَكَانِ الْمُعَدِّلَهُ وَلاَيُلِحُّ عَلَيْهِ فِىْ أَمْرٍ
Adab Ke: 26
Jangan duduk di tempat yang disediakan untuk tempat duduk Guru, dan jangan memaksa untuk secepatnya dilayani.
لاَيُسَافِرُ وَلاَيَتَزَوَّجُ وَلاَيَفْعَلُ فِعْلاً مِنَ اْلأُمُوْرِ اْلمُهِمَةِ إِ لَّابِإِذْنِهِ
Adab Ke: 27
Jangan bepergian, jangan menikah, dan jangan mengerjakan sesuatu yang penting kecuali semua itu mendapat izinnya Guru.
اَنْ لاَيُنْقِلَ مِنْ كَلاَمِ ا لشَّيْخِ عِنْدَ ا لنَّا سِ إِ ِلَّا بِقَدَرِ اَفْهَامِهِمِ وَعُقُوْلِهِمْ
Adab Ke: 28
Jangan menceritakan perkataan dan wejangan Guru kepada orang lain kecuali disampaikan dengan cara yang boleh difahami menurut akal mereka.
Sumber: https://www.tvtarekat.com/2021/02/adab-murid-terhadap-guru-mursyid.html
لَآاِلَهَ اِلَّاالله ~ لَآاِلَهَ اِلَّاالله ~ لَآاِلَهَ اِلَّاالله