Iqra | Bukan Sekedar Perintah Membaca


Kemampuan manusia jika hanya sampai ke tingkat “baca” maka persoalan dikaji ya memang seputaran persoalan “membaca” bahkan tanda baca pun dijadikan bahan perdebatan. Mereka sibuk dengan apapun berhubungan dengan bahan bacaan bahkan tulisan. Orang yang memperdebatkan kata “Insya Allah” harus ditulis “Insha Allah” atau kata “Amin” dengan satu huruf “A” dan satu huruf “I” artinya jadi melenceng, itu memang kerja kelompok ahli baca. Kenapa demikian? Karena memang hanya itu yang mereka paham.

Membaca dalam makna harfiah, memperhatikan huruf perhuruf pembentuk kalimat sangat diperlukan agar kita bisa memperoleh ilmu. Tapi tujuan dari membaca bukan sekedar melafazh kan huruf dan kelimat, tapi bisa menyerap makna yang terkandung dalam tulisan. Kemampuan lebih lanjut adalah memahami hal “tersirat” dari yang “tersurat” di dalam kitab suci baru kemudian kita gali hal “tersembunyi” di balik bunyi bacaan tersebut.

Allah SWT menurunkan ayat berhubungan dengan perintah membaca, “Iqra’”, tapi perintah membaca itu bukan sekedar membaca seperti kita pahami secara umum. Nabi Muhammad SAW orang tidak pandai membaca dan menulis, kalau memang perintah Iqra’ itu bermakna sekedar membaca berarti Nabi tidak melaksanakan perintah Allah SWT yang utama yaitu membaca, karena Beliau tidak pandai membaca. Tidak mungkin seorang utusan Allah SWT mengabaikan perintah Allah SWT, apalagi perintah Allah SWT yang pertama kali turun.

Maka Iqra’ dalam ayat pertama turun tersebut tidak bermakna membaca apalagi mengeja seperti yang dipahami secara umum. “Bacalah dengan nama Tuhan mu..”, disitu tidak secara spesifik disebut nama Tuhan. Maka rahasia ini diwarisi secara turun menurun dari Rasulullah SAW kepada sahabat dan ulama pewaris Nabi berupa dzikir yang menyebut nama Tuhan yaitu Allah…Allah…Allah dalam jumlah hitungan tertentu. Iqra’ yang dimaksud dalam ayat itu adalah perintah untuk mengingat Allah SWT dan tentu saja mengingat pada tingkatan awal paling mudah adalah dengan menyebut nama Tuhan yaitu Allah.

Karena alasan Maha Penting dzikir kepada Allah SWT ini maka Nabi SAW melakukannya secara istiqamah di gua hira, jauh sebelum Beliau diangkat menjadi seorang Nabi dan Rasul. Amalan yang beliau kerjakan ini tentu saja diajarkan kepada para sahabat di zaman itu. Dzikir dengan menggunakan metodologi yang disebut dengan zikir “khafi” atau dzikir tidak bersuara ini yang mampu menjolok atau mengambil power dari al-Qur’an sehingga bisa merealisasikan apa-apa yang dibaca dalam al-Qur’an.

Power tak terhingga ini bisa menjauhkan bala dari seseorang, menyembuhkan penyakit-penyakit berat, menghindari dari bala bencana di akhir zaman bahkan kiamat pun bisa tertunda sebagaimana sabda Nabi SAW, “Tiada datang kiamat. Kecuali kalau tidak ada lagi orang yang membaca Allah, Allah”. (HR. Muslim).

Sebagai ummat Islam yang bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup dunia ini kita harus dengan serius menyelidiki kehebatan dari Kalimah Allah yang disebut oleh Nabi sehingga bisa membentengi kita, minimal diri dan keluarga dari bala bencana. Kita mengetahui bahwa energi bisa bertransformasi dari satu bentuk ke bentu lain. Misalnya energi listrik bisa berubah menjadi cahaya, panas, tenaga penggerak, suara, jarak dekat jauh, radio, televisi, internet, tergandung media apa yang dipakai.

Kehebatan dari Kalimah Allah tentu saja mengandung energi tak terhingga jika menggunakan metodologi yang tepat bisa dimanfaatkan untuk apapun. Air yang dibacakan al-Fatihah oleh Rasulullah SAW bisa menyembuhkan perbagai penyakit begitu juga tongkat Nabi Musa as ketika dilempar mampu memunculkan ular raksasa dengan wujud nyata, Nabi Isa bisa menghidupkan orang mati.

Bacaan Nabi tentu saja bukan sekedar bacaan tapi ucapan yang disertai energi Maha Dahsyat sehingga apapun yang terucap oleh Beliau akan disertai pula oleh kekuatan dahsyat yang berasal dari Kalimah Allah. Pada tahap hanya bisa membaca, bacaan tetap menjadi sebuah bacaan tanpa bisa menghasilkan energi apa-apa.

Seorang presiden ketika mengeluarkan kata “serang” dan ditujukan kepada negara lain, maka seluruh angkatan ikut mendukung, seluruh bangsa akan mengeluarkan energinya untuk mewujudkan perintah dari seorang presiden. Tapi kata “serang” yang diucapkan oleh orang awam, masyarakat biasa, maka kata tersebut tidak mengandung power apa-apa, hanya sebuah ucapan saja.

Sumber: https://sufimuda.net/

لَآاِلَهَ اِلَّاالله ~ لَآاِلَهَ اِلَّاالله ~ لَآاِلَهَ اِلَّاالله
Lebih baru Lebih lama
Laa ilaaha illallaah adalah benteng-Ku, siapa mengucapkannya maka ia masuk kedalam benteng-Ku, dan siapa yg masuk dalam benteng-Ku maka ia aman dari siksa-Ku.