Kisah Akal dan Nafsu Ketika Pertama Kali Diciptakan

Dalam Kitab Durratun Nasihin karya Syeikh Usman bin Hassan As-Syakir, diceritakan kisah tentang akal dan nafsu sewaktu pertama kali ia diciptakan.

Alkisah sebelum Allah swt menciptakan akal dan nafsu yang hendak diletakkan dalam diri  Adam as. terlebih dahulu Allah menguji keduanya agar kelak di kemudian hari Adam as. dan anak cucunya tahu fungsi, cara menggunakan dan menaklukkan keduanya.

Ketika Allah Ta'ala menciptakan Akal, maka Allah berfirman yang artinya: "Wahai akal menghadaplah engkau." Maka akalpun menghadap ke hadirat Allah.

Kemudian Allah berfirman: "Wahai akal berbaliklah engkau!", lalu akalpun berbalik menuruti perintah Allah. Hal ini menunjukkan bahwa akal begitu taat kepada Allah.

Kemudian Allah Ta'ala berfirman lagi: "Wahai akal! Siapakah aku?". Lalu akal pun berkata, "Engkau adalah Tuhan yang menciptakan aku dan aku adalah hamba-Mu yang dhaif dan lemah".

Lalu Allah Ta'ala berfirman: "Wahai akal, tidak Ku-ciptakan makhluk yang lebih mulia daripada engkau." Puji Allah kepada akal.

Setelah itu, Allah Ta'ala menciptakan nafsu, dan berfirman kepadanya: "Wahai nafsu, menghadaplah kamu!". nafsu tidak menjawab dan sebaliknya mendiamkan diri.

Kemudian Allah Ta'ala berfirman lagi, "Man ana waman anta?" (Siapakah engkau dan siapakah Aku?). 

Lalu nafsu berkata dengan enteng dan sombong, "Ana wa ana, Anta wa Anta." (Aku adalah aku, dan Engkau adalah Engkau).

Mendengar jawaban bernada sombong tersebut, Allah swt  memberikan didikan kepada nafsu agar insyaf. Allah memasukkan nafsu kedalam neraka jahim, neraka yang sangat panas selama 100 tahun.

Setelah masa hukuman selesai, dan dikeluarkan, nafsu ditanya lagi dengan pertanyaan yang sama, jawabannya juga tetap sama.  Saya adalah saya, kamu adalah kamu.

Nafsu kembali digiring dalam neraka (kali ini ditempatkan dalam hawa yang sangat dingin) selama 100 tahun lamanya.

Usai menjalani masa hukuman, dan dikeluarkan, nafsu ditanyai lagi, dan jawabannya masih tetap sama, "Ana wa ana, Anta wa anta."

Untuk yang ketiga kalinya, akhirnya Allah menghukum nafsu dengan memasukkan kedalam neraka juu', neraka yg penuh dengan rasa lapar dan haus selama 100 tahun.

Barulah kemudian nafsu lemah, menyerah dan mengakui bahwa dirinya hanyalah hamba dan Allah adalah yg menciptakannya.

“Anta Rabbi wa ana abdi." (Engkau Tuhanku dan saya adalah hamba), jawabnya.

Hujatul Islam, Imam al-Ghazali berpendapat bahwa nafsu dapat ditaklukkan dengan perut yang lapar, karena perut merupakan sumber utama nafsu dan penyebab berbagai kerusakan.

Dalam sebuah hadits, Nabi saw bersabda, “Sesungguhnya syaitan itu bergerak mengikuti aliran darah, maka persempitlah jalan syaitan dengan lapar dan dahaga.”

Aliran darah dalam tubuh merupakan jalan syaitan menguasai manusia. Justru itu dengan berpuasa ia dapat mengawal jalan syaitan karena tidak berlaku proses pemakanan dalam perut yang mampu mengaktifkan sifat syaitan.  

Ketika perut kenyang, maka nafsu berpotensi untuk bangkit dan menguasai. Mulai dari nafsu seks, hasrat yg kuat terhadap wanita, lalu disusul dengan nafsu makan yang mengarah pada sifat rakus, yg akan berakibat rakus terhadap ketenaran dan kekayaan. Sehingga mereka berlomba-lomba untuk mengejar-ngejar harta dan jabatan. Lalu muncullah sifat angkuh, iri dengki dan kesombongan yang ujung-ujungnya berakhir dengan permusuhan dan dendam.

Inilah akibat dari kenyangnya perut yang memang mewariskan hal-hal yang bersifat negatif seperti diatas.

Demikian juga ketika seseorang banyak makan, sudah pasti akan banyak waktu yg digunakan untuk tidur. Banyak tidur akan menyebabkan hati menjadi mati (mati dari dzikir kpd Allah). Matinya hati akan berakibat kepada merajalelanya nafsu dan membuat semakin "gemuk"nya nafsu yg bersarang dalam diri kita.

Malas dan susah utk ibadah, gemar bermaksiat dengan sengaja dan tanpa malu, malah merasa bangga dengan maksiatnya, dll dari akibat banyak makan, apalagi dari makan²an yg haram dan dilarang dalam syariat.

Jika seseorang mau melumpuhkan nafsunya dengan rasa lapar maka dia akan memperoleh kemudahan untuk sampai kepada Allah Swt. karena ketika perut kita kosong, maka nafsu syahwat kita akan ikut kosong. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad yang memerintahkan sahabat untuk berpuasa ketika mereka ingin menikah akan tetapi mereka blm mampu membayar mahar dan menafkahi keluarganya. Dari perintah nabi itu, jelas bahwa perut kosong dapat menaklukkan nafsu.

Ternyata untuk mengalahkan nafsu yang ada dalam diri manusia tidak perlu dibakar, dipukul, melainkan dengan dikarantina dalam penjara “lapar dan dahaga” atau yang kemudian dikenal dengan nama puasa.

Rasulullah usai perang Badar menyebutkan “Kita baru saja selesai melakukan perang kecil dan kita akan bersiap perang yang lebih besar yakni  perang melawan hawa nafsu”.

Dalam hadits lain disebutkan, “Sesungguhnya Allah SWT membuka tujuh petala langit sehingga tidak ada hijab antara ummat Muhammad dengan Rabb-nya dan doa-doa ummat Muhammad yang sedang berpuasa langsung diterima oleh Allah SWT."

Semoga kegiatan puasa senin kamis yang mulai dilakukan oleh beberapa jama'ah  RZ. Ar-Ridha, bisa memotivasi dan diikuti oleh yg lain dalam mengekang dan  mengendalikan hawa nafsu, dan bagi siapapun yang mempunyai hajat, semoga dengan kita melaksanakan amaliah-amaliah yang disunahkan Nabi saw. (seperti puasa sunat senin kamis, atau puasa Nabi Daud), semoga hajat-hajat kita secepatnya dikabulkan Allah swt.

Aamiin ya robbal 'alamiin. 🤲

لَآاِلَهَ اِلَّاالله ~ لَآاِلَهَ اِلَّاالله ~ لَآاِلَهَ اِلَّاالله

 

Lebih baru Lebih lama
Laa ilaaha illallaah adalah benteng-Ku, siapa mengucapkannya maka ia masuk kedalam benteng-Ku, dan siapa yg masuk dalam benteng-Ku maka ia aman dari siksa-Ku.